Area Identitas
Kode unik
Format Nama yang diakui
bentuk paralel dari nama
Format nama lainnya
Tipe
Lembaga Kearsipan Kabupaten
Kontak Area
Tipe
Alamat
Alamat
Lokalitas
Regional
Nama Negara
Kode Pos
Telepon
Faks
URL
Catatan
Area Deskripsi
Sejarah
Menurut cerita rakyat mengenai saluang panjang, bahwa dahulunya nenek moyang di Nagari Ujuang Jalan, Kecamatan Alam Pauh, Kabupaten Solok Selatan, sebagian besar perkerjaanya adalah pengembala ternak dan bertani. Pada suatu waktu, nenek moyang mereka menemukan sebuah bambu di tempat gembalaan ternaknya dan membuat lubang untuk dapat ditiup, sehingga dapat dijadikan sebagai alat musik. Selang berjalanya waktu di sela-sela mengembalakan ternak nenek moyang melubangi saluang yang telah di buat tempat tiupnya tadi dengan menggunakan api rokok dan menghasilkan 3 buah lubang yang bernada. Berangkat dari kreatifitas masyarakat tersebut, saluang panjang kemudian berubah menjadi instrumen musik. Namun meskipun dengan mode yang sama dengan saluang biasanya, memainkan Saluang Panjang memiliki karakteristik dan teknik memainkannya yang tersendiri. Perbedaan itu terlihat dari segi bentuk, ukuran, jumlah lubang nada, tangga nada, dan cara memainkannya. Saluang Panjang mempunyai tiga buah lobang nada, dari tiga lobang nada itu akan menghasilkan empat tingkatan nada serta memiliki empat jenis warna bunyi sesuai dengan tingkatan oktafnya. Bentuk alat musik tradisi ini juga beragam, ada yang memiliki ruas dan ada pula yang tidak memiliki ruas, tetapi memiliki sebagai penghasil bunyi dengan menggunakan daun tebu atau daun kelapa. Saat ini, di Nagari Ujuang Jalan, Kecamatan Alam Pauh, Kabupaten Solok Selatan, saluang panjang kerap dimainkan sebagai pelengkap hiburan bagi masyarakat. Biasanya dimainkan untuk memeriahkan pesta perkawinan, kegiatan kanagarian, syukuran panen, atau menyambut tamu. Penyajian saluang panjang ini juga dilakukan dengan membawakan pantun-pantun. Bukan berbentuk cerita atau kaba seperti kebanyakan kesenian di Minangkabau. Ada pun komposisi musik yang biasa dimainkan di antaranya Balam-balam, Endek Ambacang, Abai Siak, Duo-duo, Mudiak Pulau, Raimah-oi, dan Lambok Malam. Penggunaan Saluang Panjang di Nagari Ujuang Jalan, Kecamatan Alam Pauah Duo, Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai hiburan bagi masyarakat dengan nilai filosofi yang tinggi. Saluang Panjang juga mampu menarik respon emosional yang cukup tinggi bagi masyarakat yang mendengarkannya. Bagi para pendengar ketika menikmati saluang panjang tersebut, perasaan mereka terbawa oleh jalinan melodi, dan dendang-dendang dari saluang panjang tersebut, bentuk seperti ini juga akan mengekspresikan emosional seperti: perasaan yang senang, sedih gembira dan sebagainya, dan para penikmat sering memberikan berkomentar setelah menonton pertunjukan saluang panjang seperti mengatakan, bahwa saluang panjang itu bagus dan menarik. Kalau pada masa dahulu Saluang Panjang hanya di gunakan sebagai penghibur masyarakat Ujuang Jalan kecamatan alam pauah duo kabupaten solok selatan, dan sekarang sudah sangan lumayan di kenal dikarenakan nada saluang yang berkarakter dan dendang-dendang yang sangat menyentuh hati. Dari beberapa fungsi yang ada baik itu sebagai ungkapan ekspresi emosinal. Tidak hanya sebagai fungsi komunikasi dan fungsi hiburan, bagi masyarakat saluang panjang juga meyakini bahwa alat musik itu merupakan salah satu bagian dari kebudayaan mereka yang mana di dalam kebudayaan tersebut telah tertanam nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam perkembangannya, saluang panjang sering disebut juga saluang patiak tigo. Penamaan ini tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat setempat yang sering menamakan sesuatu sesuai bentuk objek atau benda itu. Begitupun dengan saluang panjang yang haya memiliki tiga lubang. Lubang itu merupakan tempat pengatur nada yang dihasilkan saat saluang itu ditiup. Nama saluang tigo patiak itu muncul karna diksi “patiak” merupakan lubang yang ditutup saat saluang ditiup untuk menghasilkan nada. Fungsi dan makna, serta filosofi dari saluang panjang ini adalah sebagai lembaga sosial, yaitu sebagai legitimasi sebuah lembaga sosial saat penyajian saluang panjang tersebut. Hal itu dikarenakan bagia siapa yang memiliki saluang panjang dan pandai memainkannya secara individu atau kelompok dapat menaikkan status orang tersebut. Akan tetapi, hal itu hanya berdasarkan anggapan masyarakat saja, sebab tidak ada upacara yang khusus untuk menetapkan status tersebut secara lembaga. Namun status budaya saluang panjang ini asli dari Nagari Ujuang Jalan, Kecamatan Alam Pauah Duo, Kabupaten Solok Selatan. Dalam arti, tidak ada pertunjukan saluang panjang yang murni sebagai hiburan belaka. Walaupun ditujukan sebagai sarana hiburan akan tetapi unsur-unsur kebudayaan akan selalu muncul pada penyajiannya, baik melalui lagu lagu atau dendang yang disajikan maupun melalui irama-irama yang dimainkan. Hal ini tentu saja karena disetiap aspek kehidupan masyarakat Ujuang Jalan selalu berorientasi pada kebudayaan. Dengan demikian banyaknya pertunjukan saluang panjang dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka otomatis saluang panjang berfungsi bagi kehidupan masyarakat. Bentuk seperti ini sebagai petunjuk bahwa saluang panjang tersebut masih memiliki nilai yang menunjang keberadaan Saluang Panjang itu pada masa sekarang. Sebagai sebuah seni pertunjukan, saluang panjang telah menerima Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Ekspresi Budaya Tradisional dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia (RI) pada 27 Januari 2022. Sertifikat itu diterima oleh Wakil Bupati Solok Selatan di Padang.
Konteks geografis dan budaya
Mandat/ Sumber kewenangan
Struktur Administrasi
Manajemen Rekod dan Kebijakan Koleksi
Gedung
Khazanah
Finding aids, panduan, dan publikasi
Area Akses
Jam Buka
Senin - Jumat 08.00 - 16.00
Istirahat :
Senin-Kamis 12.00 - 13.00
Jumat 11.30 - 13.30
WAKTU PEMESANAN ARSIP
Senin - Jumat 08.00 - 14.30
Istirahat 11.30 - 13.00